Webinar “ Covid 19: Perkembangan Penemuan Vaksin dan Stigma Pada Masyarakat Di Kota Jayapura”. Dibuka dengan sambutan hangat dari Bpk. Jhony Banua Rouw, S. E Ketua DPR Provinsi Papua pada Kamis, 5 November 2020. Pada kesempatan ini, Bpk. Jhony Banua meceritakan secara singkat mengenai pengalamannya saat dinyatakan positif Covid dan diisolasi bersama masyarakat di rumah sakit. Menurut beliau kita tidak bisa menganggap bawah corona itu tidak ada, jika pada dasarnya virus Covid 19 itu ada dan menyebabkan masalah kesehatan yang bisa berdampak serius. Pentingnya peran pemerintah serta, para tenaga medis dalam mengedukasi stigma masyarakat, bawah seseorang dengan terinfeksi corona bukanlah sesuatu yang buruk dan penanganan tindakan medis saat mengisolasi secara tepa, dapat memutuskan mata rantai penyebarannya.
Pada pemaparan materi Dr. Frans Asmuruf, M. Si. Ketua Himpunan Kimiawan Wilayah Papua. Menggambarkan situasi pandemi berdasarkan Update terakhir 2 November 2020, diketahui 10 Provinsi di Indonesia memiliki jumlah kasus Covid 415.402 yang telah terkonfirmasi. Dari laporan tersebut jumlah pasien sembuh 345. 566, meninggal 14. 044 orang dan pasien aktif 55. 792. Jika dilihat dari laju kematian per-Provinsi secara nasional sebanyak 3,4 % ; dengan kasus tertinggi di Jawa Timur mencapai 7, 17 %. Hal ini berbanding terbalik dengan Kalimatan Utara dengan jumlah 0, 97 %, sedangkan untuk Provinsi Papua mencapai 1, 43 % dan untuk Papua barat 1,58 %.

Guna mencegah angkah kematian yang melonjak, baik pemerintah hingga sektor yang bergerak dibidang penelitian mengembangkan vaksin dari virus Covid-19. Sebanyak 154 vaksin dikembangkan dan telah masuk uji praklinis diantaranya fasa 1: uji keamanan skala kecil, fasa 2: uji keamanan diperluas, dan fase 3: pengujian yang lebih meluas, dengan memperhatikan nilai keefektifan. Penerapan vaksin ini bertujuan melatih ketahanan sistem imun, dari kajian terkemuka diketahui ada beberapa negara yang telah mengadakan kerjasama dengan Indonesia dalam menangani ketersediaan vaksin Biotech Genexine dari Korea, Sinopharm Cina dan Sinovac yang berasal dari Brazil.
Dr. A. Ivonne Poli, M.Si Ketua Program Studi Magister Antropologi Uncen, mengatakan meningkatnya jumlah kasus kematian Covid berdampak pada munculnya stigma Negative. Dikatakan umumnya seseorang selalu merasa takut atau cemas berlebihan, pada sesuatu yang belum diketahui. Hal tersebut bisa bertahap hingga mengakibatkan tindakan diskriminasi, terhadap etnis dan orang yang terinfeksi virus. Stigma sosial ini bisa membuat orang-orang menyembunyikan sakitnya, supaya tidak mendapat perlakuan diasingkan dari lingkungan.
Dr. Ivone Poli juga menambahkan ketakutan terpapar virus ini berdampak pada masalah ekonomi, hingga pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang konsep New Normal. Konsep ini tidak hanya dikembangkan di Indonesia saja melainkan pada beberapa negara lain, dengan tujuan meminimalisi dampak Negative Covid-19. Yamamoto, S. KM, M. Si Dinkes Provinsi Papua juga mengatakan kurangnya penyuluhan akan memicu perilaku masyarakat, dengan tidak bersedia mengikuti protokol kesehatan seperti yang diharapkan.
Dr. Ivone Poli menjelaskan pola pendekatan sosialisasi dengan tidak menyebarkan prasangkah buruk, tetapi lebih pada menerangkan bawah virus ini bukan penyakit mematikan. Tidak hanya itu, penjelasan mengenai jaminan terhindar dari Covid-19 dengan mematuhi protokol kesehatan perlu juga dipaparkan secara terperinci. Tindakan ini dapat membantu menghapus Stigma Negative di masayarakat. Jawaban ini menjawab pertanyaan dari Bpk. Jhony Banua mengenai bagaimana mencegah stigma Negative yang berkembang..