OHCC Uncen mengadakan seminar virtual pada hari Kamis, 12 Agustus 2021. Webinar dengan tema “One Health: Kepemimpinan dan Pendidikan Kesehatan Papua” ini dihadiri oleh 113 orang peserta. Kegiatan tersebut dibuka dengan sambutan dari Dr. Onesimus Sahuleka, SH., M. Hum Pembantu Rektor I Universitas Cenderawasih, dengan dipandu oleh Janet Matani B, Sc selaku moderator.
Kegiatan ini kemudian, dilanjutkan dengan penyampaian materi pertama dari Prof. Dr. drh. Wayan T. Artama Koordinator OHCC Univ. Gadjah Mada, mengenai One Health Leadership dengan topik pembahasan “Pengantar : Zoonotic Diseases Trends, One Health dan dinamika transmisi penyakit; dan Soft Skills : OH Leadership”. Pemilihan dari tiga topik ini bertujuan menjelaskan seberapa efektifnya, pendekatan One Health dalam menghadapi masalah Zoonosis. Dimana menurut Prof. Wayan jika dilihat kembali dalam bidang kesehatan, masih banyak hal yang perlu untuk dibenahi.
Menurut Koordinator dari OHCC Univ. Gadjah Mada; menyebarnya suatu penyakit atau wabah tidak terjadi begitu saja, dengan adanya perkembangan teknologi transportasi di era modern dan globalisasi berdampak besar pada laju penyebaran wabah. Salah satu contoh virus Corona, tingginya kasus Covid-19 diseluruh dunia merupakan efek dari kedua faktor tersebut. Yang mana diketahui juga beresiko terjadinya perubahan atau mutasi dari virus.
Prof. Wayan juga mengatakan sebagian besar penyakit berasal dari hewan, di Indonesia khususnya Papua dikenal sebagai wilayah yang kaya akan keanekaragaman hayati. Hampir 30 % burung di dunia berada di daerah ini; umumnya masyarakat memanfaatkan satwa disekitarnya sebagai Exotic Pet, makanan lokal maupun dipercaya memiliki khasiat sebagai obat. Pemanfaatan ini dikhawatirkan menimbulkan adanya masalah kesehatan yang cukup serius.

Adanya kontak langsung dengan hewan, dapat memicu pada tingginya resiko terpapar virus atau wabah. Kondisi ini memerlukan tindakan pencegahan dari segala aspek, yang mana juga diperlukannya strategi efektif. Hal ini menjadikan lintas sektor melalui pendekatan One Health sebagai solusi, yang diketahui selain mampu mengakomodasi semua kepentingan masyarakat, dapat juga membantu dalam mengendalikan dan mencegah penyebaran Zoonosis. hingga dapat dipakai sebagai metode mengatasi masalah kesehatan yang sangat kompleks. Ujar Prof. Wayan
Menurut Kepala BPSDM Provisi Papua Aryoko Rumaropen, SP, M. Eg saat menyampaikan materi mengenai “Pengembangan Sumberdaya Manusia Kesehatan di Provinsi Papua”. Berdasarkan isu penting kesehatan dan SDM di Papua, sekitar 48,27 % Kabupaten di Papua tidak memiliki dokter spesialis. Ketidaktersediaan tenaga medis yang cukup, berdampak pada penurunan angka harapan hidup di Papua.
Masalah kasus di Papua ini jika dilihat lebih spesifik lagi bersadarkan gender laki-laki 64,02; perempuan 67,65 yang mana berada dibawah rata-rata, jika dibandingkan dengan angka harapan hidup standar nasional untuk pria 69,02 dan wanita sebanyak 73, 46. Dilansir dari beberapa masalah kesehatan di Papua Kabupaten Asmat memiliki kasus KLB sebanyak 71 anak meninggal dunia, 646 terjangkit campak dan 218 anak terkenah gizi buruk. Ujar kepala BPSDM
Bapak Aryoko Rumaropen juga menambahkan “Jika dikaitkan dengan tema Kepemimpinan One Health, masalah kesehatan di Papua merupakan tanggung jawab bersama baik pemerintah, lembaga-lembaga maupun peran serta masyarakat itu sendiri. Sesuai dengan mandat dari UUD perlu adanya kapasitas dari seorang pemimpin, pada tingkat wilayah maupun area pusat pemerintahan. Yang mana memiliki komitmen menjaga kinerja tersebut maka pelayanan pendidikan maupun kesehatan dapat terlaksana dengan baik”.

Dekan Fakultas Kedokteran dr. Trajanus L. Jembise, Sp. B mengatakan jika berbicara mengenai tenaga kesehatan terdapat undang-undang yang mengaturnya, semua tercantum dalam UUD RI No 36 Tahun 2014. Mulai dari pengelompokan, pengadaan dan pendayagunaan tenaga kesehatan. Berdasarkan fakta dari data di lapangan sebagian SDM tercukupi secara kuantitas namun, tidak pada kualitasnya yang masih perlu diawasi dan ditingkatkan lagi. dr. Trajanus menambahkan ” Penguatan pelayanan kesehatan mutlak dapat dilakukan dengan kolaborasi pemerintah pusat dan daerah, yang mana dengan memperhatikan peningkatan kompetensi SDM kesehatan, sehingga akan memberi dampak akses positif masyarakat pada SDM.
Pada sesi Tanya jawab Yohanes Meakbun salah satu peserta webinar menanyakan, “Jika mengambil contoh penyebaran flu burung di Indonesia, Papua memiliki angka kasus yang sangat kecil. Apakah hal ini dipengaruhi oleh keadaan geologis suatu daerah. Pertanyaan ini langsung ditanggapi oleh Prof. Wayan, beliau berpendapat kasus flu burung tidak dipengaruhi dari geologis melainkan dari sektor perternakannya. Jika berbicara tentang dampak geologis maka salah satu contoh pengaruh dari daerah tersebut, bisa dilihat dari penyebaran virus nipah yang menyebar hingga ke wilayah terpencil, hal ini disebabkan dari kemampuan terbangnya kelelawar pembawah virus yang mampu mencapai jarak bermil-mil..