Pendekatan One Health: Tantangan dan Solusi Covid-19 di Papua

Home » KEGIATAN » NEWS » Pendekatan One Health: Tantangan dan Solusi Covid-19 di Papua

Covid-19 yang mewabah telah menjadi pusat perhatian, baik pemerintah ataupun tenaga medis. Virus ini banyak menimbulkan  masalah dari segala aspek, kendala serupa juga terjadi di Papua. Hal tersebut menjadi latar belakang One Health Collaboration Center Universitas Cenderawasih (OHCC Uncen), mengadakan kegiatan webinar dengan tema “Pendekatan One Health: Tantangan dan Solusi Covid-19 di Papua“. Kegiatan OHCC yang berlangsung secara online, pada Senin (20/04/20) tersebut dihadiri oleh 75 orang Participant.

Meeting zoom kegiatan webinar OHCC Uncen

Dr. Ir. Apolo Sanfanpo S.T, M.T Rektor Universitas Cenderawasih mengatakan jika melihat dari jumlah kasus/hari, jumlah rata-rata orang bertemu pasien covid, ataupun peluang tertularnya virus dengan menganggapnya sebagai parameter. Maka penyebaran Covid-19 yang secara eksponensial, dapat diperkirakan secara sistematis pada saat kapan puncak melonjaknya virus ini dan berapa lama durasi waktunya.

Berdasarkan hal tersebut pada tanggal 1 April 2020, ikatan Alumni Departemen Matematika Universitas Indonesia menjalankan tiga scenario kasus, dengan menganggap fungsi laju interaksi antar manusia sebagai parameter. Dari kasus ke dua diperkirakan jika tidak adanya implementasi masyarakat, dalam mengikuti kebijakan pemerintah maka puncak tertinggi melonjaknya, Covid-19 akan terjadi pada 2 Mei 2020 dengan 1.490 kasus/hari dan berakhir diawal Juli 2020.

Dr. Apolo Safanpo mengatakan bawah hal ini menjadi sebuah tantangan bagi Universitas, dalam memunculkan model perhitungan secara sistematik, komputer dan dinamik. Menginventarisasi parameter yang mempengeruhi jumlah pasien terinfeksi covid setiap hari maka, dapat diperoleh suatu model bersifat incredible. Sehingga mampu membantu pemerintah dan masyarakat dalam menekan laju penyebaran Covid-19.

Menurut Prof. Agus Suwandono, MPH, Dr. PH Wakil Koordinator INDOHUN dan Guru Besar Epidemiologi FKM UNDIP Semarang. Pentingnya PSBB saat penanganan Covid-19 dikarenakan dua strategi fundamental, dalam menghadapi pandemi diantaranya Mitigasi dan Supresi. Mitigasi lebih fokus pada meperlambat tapi tidak mengehentikan penyebaran pandemi, sedangkan Supresi berfokus membalikan pertumbuhan epidemi, menurunkan jumlah kasus hingga tingkat terendah dan menjaga situasi tersebut.

Berdasarkan hasil survei lapangan dr. Aaron Rumainum. M. Kes Kepala Bidang P2P Dinkes Provinsi Papua. Menyatakan tantangan Covid-19 di Papua khususnya di  daerah pedalaman, seperti Kabupaten Mappi lebih mengarah pada kurangnya pengadaan Rapid Test, APD, tindakan diskriminasi dan pandangan masyarakat mengenai Covid-19. Sehingga menyebabkan tingginya rasa takut yang berlebihan dan berdampak ke penolakan pemeriksaan Rapid Test.

dr. Aaron mangatakan penanganan masalah Covid-19, di daerah pedalaman perlu perhatian secara khusus oleh pemerintah. Kebijakan tersebut diantaranya pengadaan APD, Rapid Test, Vitamin, dan melakukan penyeluhan promosi kesehatan. Selain itu, meminimalisir video kematian pasien dengan pemberitaan kabar baik mengenai situasi covid, hal ini perlu dilakukan guna mencegah tindakan diskriminasi.

dr. Aaron juga menjelaskan pengalamannya meyakinkan, pasien positif corona saat akan dijemput ke tempat isolasi. Serta tindakan Rapid Test pada seluruh keluarga pasien, yang dilakukan tenaga medis secara diam-diam dikarenakan ketakutan kerabatnya terhadap tindakan diskriminasi masyarakat sekitar. Penjelasan tersebut, terkait pertanyaan Desi dari UNIPA mengenai apa kesulitan terbesar dr. Aaron dan tenaga medis di lapangan..